Ada Santri Malaysia di Nurul Cholil

Ada Santri Malaysia di Nurul Cholil

Kota Salak, demikian julukan untuk kota Bangkalan, karena kabupaten yang terletak di ujung paling barat Pulau Madura ini memang memiliki ciri khas rerimbunan pohon salak di perkebunan maupun di sebagian tepi ruas jalannya. Dulu, di daerah kelurahan Demangan Barat, di tengah rimbun dan ketajaman duri-duri pohon salak, berdirilah sebuah pesantren yang bernama Pondok Pesantren Nurul Cholil (PPNC). Pesantren itu didirikan oleh Almukarrom Syekh Montashor.

Seiring perkembangannya, pesantren yang diasuh KH. Zubair Montashor sebagai pemimpin generasi kedua ini, sudah banyak mengalami perkembangan, utamanya sarana pembelajaran dan jumlah santri yang masuk untuk memperdalam ilmu agama semakin banyak, baik dari daerah Madura sendiri, Jawa, maupun luar Jawa.

Secara total, sekitar 30 persen santri di PP. Nurul Cholil berasal dari luar Madura, seperti Jakarta, Belitung, Malang, Surabaya, Bali, Sidoarjo, Pontianak, Banjar Masin. Bahkan, ada beberapa santri yang berasal dari negeri Jiran, Malaysia. Nah, dikesempatan kali ini, redaksi Al Asror akan menampilkan hasil korespondensi dengan santri-santri dari Malaysia tersebut.

Sebagai penganut agama Islam, kita tentu tidak asing lagi dengan sabda Rasul yang menyatakan kewajiban menuntut ilmu bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Hadis itulah yang melatar belakangi Nur Hanina, santriwati yang beralamat di Lembah Jaya Bintang Satu, Malaysia. "Tidak ada alasan lain, kecuali menuntut ilmu."  tulisnya. 

Ilmu merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan, karena setiap waktu manusia membutuhkan ilmu untuk menjalani hidupnya, sebagaimana perkataan Imam Ahmad bin Hambal: "Orang-orang lebih butuh kepada ilmu melebihi kebutuhannya akan makanan dan minuman. Yang demikian itu karena seseorang terkadang hanya butuh kepada makan dan minum hanya sekali atau dua kali saja. Sementara kebutuhan dia terhadap ilmu sejumlah detak nafasnya."

"Awalnya sih disuruh orang tua, tapi lama-kelamaan aku paham, ternyata aku juga membutuhkan ilmu agama untuk menata kehidupanku kelak." jelas Uswatun Hasanah, gadis Malaysia yang lahir tahun 1996 ini. 

Keberadaan pesantren sebagai tempat memperdalam syariat islam menunjukkan betapa pentingnya ilmu agama itu sendiri. Hal tersebut juga menjadi tujuan utama santriwati lainnya. "So pasti untuk mencari ilmu," kata Mutmainnah, gadis kelahiran Kuala Lumpur. Alasan senada juga diutarakan Fira dan Eny, "Ya untuk memperdalam ilmu agamalah," ujar kedua gadis yang alamat Madura-nya bermukim di desa Lerpak.

Alasan agak berbeda diungkapkan Holil. Santri putra yang mondok di Nurul Cholil sejak tahun 2006 ini beralasan bahwa saat ini banyak aliran sesat, sehingga dengan masuk pesantren diharap menjadi bekal. "Ajaran yang benar ya Ahlussunnah Waljamaah, dan itu akan kita dapatkan di pesantren." Katanya.

Dalam sebuah hadits Baginda Rasul bersabda: "Bahwasannya Bani Israil telah berfirqah-firqah sebanyak 72 millah (firqah) dan akan berfirqah umatku sebanyak 73 firqah, semua masuk neraka kecuali satu." Sahabat-sahabat yang mendengar ucapan itu bertanya: "Siapakah yang satu itu, ya Rasulullah?'' Nabi menjawab: "Mereka adalah yang mengikuti aku dan para sahabatku." (HR. Tirmidzi. Sahih Tirmidzi juz: X, hal.109).

Alasan yang dikhawatirkan Holil memang sesuai dengan hadits nabi di atas. Kemunculan aliran-aliran sesat saat ini sudah mulai tampak, dan dengan memperdalam ilmu agama di pesantren, utamanya pesantren salaf seperti PP. Nurul Cholil, diharap menjadi tameng menghadapi semarak kehidupan setelah lulus nanti.

"Tapi, yang tidak kalah pentingnya, ya untuk mendapat ridha Allah Swt," tambah Aan, santri putra yang bernama lengkap Syaiful Anwar.

Ditanya mendapatkan informasi tentang PP. Nurul Cholil dari mana, kebanyakan koresponden menjawab dari saudara yang kebetulan sering melancong ke Malaysia.

"Kebetulan aku punya saudara dari Lerpak yang sering ke Malaysia. Dapat informasinya dari mereka itu." kata Watiatus Soleha. Santriwati berusia 14 tahun ini menambahkan bahwa informasi itu ia dengar dari mulut ke mulut. “Tahunya saat berbincang-bincang dengan kerabat." tambah Sunarti, gadis yang beralamat di Johor.

Berbeda dari Waliatus Soleha dan Sunarti, melalui media informasi yang semakin canggih saat ini, Aan justru mengetahui informasi tentang PP. Nurul Cholil via internet. "Aku kan punya akun FB, jadi sering baca update status HISAN Nurul Cholil itu." kata santri yang baru masuk PP. Nurul Cholil tahun 2011 kemarin.

Memang, situs jejaring yang sedang marak belakangan ini juga diikuti para santri alumni PPNC, sehingga terbentuklah akun HISAN atau himpunan santri dan alumni PP. Nurul Cholil. Selain itu, PPNC juga sudah memiliki website yang bisa diakses setiap saat (silahkan kunjungi www.nurulcholil.net).

Nah, apa yang membuat para koresponden betah mondok di PP. Nurul Cholil? Apa yang menarik menurut mereka?

"Mmm, apa ya? Banyak sih, tapi yang pasti saat ngumpul untuk belajar kelompok." tulis Sahlah, santriwati asal Ululanget, Malaysia. "Terus ada acara baca  nadhoman gitu." Tambahnya.

Nadhoman, istilah kaum pesantren untuk menyebut bait-bait syair Arab yang berisi disiplin ilmu tertentu, dan yang sering dibaca di PP. Nurul Cholil berisi ilmu Nahwu atau gramatikal bahasa Arab. Membaca nadhoman dan belajar kelompok merupakan agenda wajib di PP. Nurul Cholil. Setiap santri dan santriwati harus mengikuti kegiatan tersebut. "Kalau aku malah sering dikerjain teman-teman karena sering ketiduran waktu baca nadhoman subuh." cerita Eny-panggilan akrab Nur Aini-sambil tertawa.   

Menurut Holil, hal yang menarik baginya adalah kegitan musyawarah mingguan yang dilaksanakan setiap hari Sabtu. "Selain itu waktu shalat berjamaah bersama kiai selalu terjaga dan di awal waktu." Terangnya.

Berbeda dengan Holil, "Yang menarik, ya bisa ziarah ke makam Syekhona Muhammad Kholil di Martajasah setiap malam Jumat." menurut Aan.

Walaupun aktivitas keseharin yang harus diikuti setiap santri tergolong padat, tapi semuanya akan terbayar ketika menjelang liburan akhir tahun. Dua minggu sebelum acara Haflah Akhir Sanah atau Perayaan Akhir Tahun, suasana PP. Nurul Cholil tiba-tiba jadi lebih semarak. "Yang paling menarik menjelang liburan, ada banyak lomba yang diadakan. Baik dalam bidang akademik maupun kreativitas dan olahraga." tulis Lisa, santriwati yang alamat Madura-nya bermukim di Kampak. Hal senada juga diungkapkan Fira, "Lomba-lombanya menarik, juga mungandung nilai edukatif.”

Setelah melewati masa-masa belajar selama kurang lebih 10 bulan dalam setahun, dua bulan sisanya adalah masa liburan. Dua minggu di bulan Rabiul Awwal, dan sebulan setengah sisanya menjelang Ramadhan sampai awal bulan Syawal. Setelah liburan berakhir, di tahun ajaran baru selalu ada santri baru yang masuk. Baik dari daerah Maudra, Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, maupun Malaysia. Nah, ternyata, PP. Nurul Cholil menjadi tempat berkumpulnya santri-santri dari berbagai daerah, berbagai latar belakang budaya dan karakter, tapi semuanya berbaur satu dalam ikatan persaudaraan untuk menuntut ilmu.

 

Alpian A. Djahar