Di Bulan Muharram Momen Melatih Kesabaran
- Kamis, 11 Agustus 2022 03:28:34
- NC Media
- 761 views
Di Bulan Muharram Momen Melatih Kesabaran
Sabar merupakan salah satu bentuk sikap manusia yang harus ia miliki dalam setiap kepribadiannya, sebab tidak jarang seseorang dalam menjalani kehidupan sosial tidak akan lepas dari kesulitan, cobaan, bahkan karunia nikmat yang melimpah yang akan membawanya pada keserakahan. Oleh sebab itu, sikap sabar harus selalu terpatri dalam kepribadian setiap insan.
Kesabaran tidak akan mudah kita raih dengan secara instan, tetapi kesabaran bisa kita raih jika sungguh-sungguh ingin meraihnya demi keridhoan Tuhan. Bagaimana tidak, manusia sebagai makhluk yang dititipkan nafsu oleh-Nya, tentunya tidaklah mudah untuk meraihnya (kesabaran). Sebab, nafsu dan sabar adalah dua hal yang tidak akan berkawan.
Dalam kitab Tafsir Fahrur Ar-razi, Juz 1, Hal. 671 (Maktabah Syamilah) Imam Ghozali mengatakan, sabar merupakan sifat yang hanya dimiliki setiap insan, yang tidaklah ada pada setiap malaikat maupun hewan, malaikat dengan kesempurnaan sabarnya, hewan dengan kekurangan sabarnya.
Kita sebagai makhluk yang terkadang bisa lebih mulia daripada malaikat, dan bisa lebih hina daripada hewan. Allah Taala telah berkali-kali mewanti-wanti kita untuk bersabar, sebagaimana dalam surat al-Baqarah ayat 45:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
Artinya: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk” (QS. Al-Baqarah: 45)
Supaya lebih bisa menerima keputusan Allah, kita harus ingat kembali bahwa ujian bagi seorang beriman dalam menjalani kehidupan bukanlah untuk menjatuhkan manusia pada jurang kenistaan, melainkan bentuk kecintaan Allah terhadap hamba-Nya. Pada kenyataannya para rasul dan sahabat yang diangkat derajatnya, harus menempuh kehidupan yang berat. Oleh sebab itu, tidaklah ada orang yang bisa kita katakan sabar jika masih menolak pahitnya kehidupan dunia, sebagaimana takdir Allah yang diberikan kepadanya. Sehingga bisa kita tarik benang merahnya, “bahwa orang yang sabar adalah mereka yang selalu memberikan pancaran kehangatan kepada orang lain karena ia senantiasa menerima ketetapan Tuhannya dalam keadaan apapun.”
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin sedikit menampilkan buah dari kesabaran itu sendiri, terkhusus buah kesabaran yang membawa keberkahan di bulan Muharam. Bulan Muharam telah banyak menyimpan bukti sejarah akan buah dari kesabaran itu sendiri.
Tiga belas tahun Rasulullah shalallahu alaihi wasallam berdakwah membawa sebuah risalah Tuhan untuk disampaikannya kepada seluruh lapisan makhluk, terlebih kepada seluruh insan. Cobaan dan rintangan yang membahayakan beliau sangatlah mengawatirkan akan keselamatannya. Bagaimana tidak, risalah yang dibawanya adalah risalah untuk mengubah kebiasaan kejahiliyaan bangsa Arab pada masa itu, apalagi sudah menyangkut sebuah ketuhanan, penolakan terhadap Rasulullah menjadikannya terusir dari Kota Mekkah menuju Kota Yastrib (Madinah),. Namun, karena Rasulullah menjalankannya dengan sebuah kesabaran, dan ketaatan, sebuah pintu dakwah yang lebih luas beliau dapatkan saat berada di kota Madinah, yang hal itu (Hijrah Nabi) terjadi pada bulan Muharam.
Pada bulan Muharram 7 H. perang Khoibar menjadi bukti sejarah penting bagi umat muslim, tepat pada itulah kemenangan gemilang bagi umat muslim melawan penduduk Khoibar Yahudi (Bani Nadhir). Lihat, (kitab Khulashoh Nurul Yaqin. Hal. 67. Cet: Hidayatu at-Tullab).
Kemenangan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersama umat muslim dalam perang itu (Khoibar) tentunya tidaklah lepas dari kesabaran dan ketabahan, sabar meninggalkan istri, anak dan keluarga lainnya adalah hal utama demi untuk menjalankan perintah agung dari Tuhan Pemilik semesta alam. Tepat saat terjadinya pperan, Ahli Bait Rasulullah, beliau Sayyidina Ali tetap sabar menghadapi cobaan sakit penglihatan yang beliau alami, dengan semangat dan penuh kesabaran beliau tetap membawa Royah (Bendera) pimpinan. Dari kesabaran serta semangat beliau itulah, tercipta kemenangan gemilang bagi umat Islam, sebagaimana janji Allah kepada hamba-Nya dalam surat. Al-Baqarah ayat 153:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sungguh Allah bersama orang-orang yang bersabar” (QS. Al-Baqarah: 45)
Jauh sebelum Nabi Muhammad lahir, Bulan Muharram juga menyimpan sejarah penting umat muslim,
Kesabaran dan ketabahan Nabi Ya’qub alaihissalam. Nabi Yusuf alaihissalam juga diuji, bahkan ujian kesabaran lahir dari keluarganya sendiri. Sifat iri dan kedengkian para saudaranya sendiri menjadikan Nabi Yusuf tersingkir dari kehidupan bersama sang ayahandanya, Nabi Ya’qub alaihissalam,. Tersingkir oleh para saudaranya sendiri dengan cara manipulasi sang ayahanda, yang membuat Nabi Yusuf terbuang ke dalam sumur. Namun, karena kesabaran dan ketabahan Nabi Ya’qub dan Nabi Yusuf, pada Muharam Nabi Yusuf terangkat dari sumur setelah diceburkan oleh saudara-saudaranya, dan pada bulan itu jugalah Nabi Ya’qub dikembalikan penglihatannya (bisa melihat kembali).
Sabar adalah sebuah sikap yang harus kita terus latih. Ingatkah dengan Nabi penyabar, Nabi Ayyub alaihissalam, saat kita dilanda sebuah cobaan dan ujian. Cemoohan, cacian dari para pembencinya yang setiap hari beliau dapatkan, bagi Nabi Ayyub tidaklah ada ruang kebencian dalam hatinya terhadap para pembencinya, sebab Nabi Ayyub terlebih dahulu memberi ruang penuh terhadap sikap sabar dalam hatinya. Oleh sebab kesabarannya, tepat pada Muharam Allah menyembuhkan segala penyakit yang menderitanya.
Walhasil, melatih kesabaran adalah tugas bagi setiap insan dalam menjalankan kehidupan, kehidupan yang terhiasi oleh segala kewajiban, seperti shalat, zakat, puasa, haji, mencari ilmu, berdakwah dijalan Allah dan lain sebagainya, dalam menjalani semua hal itu butuhlah sebuah kesabaran, agar terciptanya keberkahan baginya.
Refrensi:
- Tafsir Al-Jalalain;
- Tafsir Fahrur Ar-razi;
- Mauidho Al-Mu’minin;
- Badi Az-Zuhur;
- Khulashoh Nurul Al-Yaqin.
Penulis: Mishbahul Munir (Mahasantri Ma’had Aly Nurul Cholil)