Menelaah Slogan: "Ingat Tujuan dari Rumah!"
- Sabtu, 27 Agustus 2022 12:00:43
- NC Media
- 1127 views
Menelaah Slogan: "Ingat Tujuan dari Rumah!"
Slogan "Ingat Tujuan dari Rumah!" merupakan salah satu cambuk bagi para santri. Slogan ini dijadikan sebagai pengingat bahwa mereka berangkat dari rumah masing-masing untuk belajar; menuntut ilmu agama supaya kelak menjadi bekal dalam pengembaraannya di dunia menuju ke akhirat.
Pengembangan tersebut akan dimulai setelah mereka kembali ke rumah masing-masing. Apabila mereka membawa bekal yang banyak, maka pengembaraannya akan baik-baik saja, sebab sudah memiliki bekal yang cukup. Bahkan, potensi untuk menolong orang lain, yang kurang bekal atau sama sekali tidak memiliki bekal, bisa mereka lakukan dengan cara memberi bekal miliknya. Namun, apabila mereka tidak membawa bekal yang cukup, maka mereka akan kesulitan dalam pengembaraannya; bisa kehausan atau mungkin kelaparan.
Para orang tua memondokkan anaknya supaya mereka mencari atau mengahasilkan bekal sebanyak mungkin, yang kelak bisa mereka gunakan ketika sudah mulai mengembara; terjun di tengah masyarakat. Setidaknya, bekal yang mereka bawa dari pesantren bisa mencukupi kebutuhan keluarganya. Syukur-syukur bisa memberi kepada tetangga atau masyarakat sekitar.
Alhasil, slogan "Ingat Tujuan dari Rumah!" adalah alarm bagi para santri. Tentu fungsi dari alarm adalah sebagi alat pembangkit gairah bagi mereka yang sedang tertidur pulas; mereka yang lagi bermalas-malasan dalam proses menghasilkan bekal; belajar.
Oleh sebab itu, slogan ini biasa kita temukan di tempat umum di sekitar area pesantren atau asrama para santri. Bahkan, sebagian santri, ada yang menulisnya di lemari baju atau diselipkan di lembaran-lembaran kertas kitab pelajaran mereka.
Melihat dari fungsi slogan ini, yang berfungsi sebagai "alarm, tentu tidak semua santri berterima dengan slogan ini. Walaupun mayoritas santri paham akan kandungan makna slogan ini, tapi tidak semua santri terbangun dari tidurnya ketika alarmnya berbunyi. Setidaknya, setelah mereka mendengar alarm, ada tiga tipe santri:
1) Ada yang bangun lalu langsung tidur; sehari ia semangat belajar lalu keesokan harinya ia tertidur pulas lagi; bermalas-malasan.
2) Ada sebagian yang bangun dan terus bangun. Namun, setelah itu hanya merenung, ia tidak melakukan apapun. Biasanya, santri yang semacam ini akan bangun hanya beberapa hari. Ia masih sangat berpotensi akan tertidur lagi.
3) Yang paling baik adalah mereka yang bangun setelah mendengar alarm kemudian ia bergegas ambil wudhu'. Lah, santri model ini biasanya akan konsisten. Mereka akan terus menghasilkan bekal sebanyak mungkin. Bahkan, tidak mencukupkan hanya bekal yang disediakan oleh para wali kelas di kelasnya, oleh para kiai waktu pengajian, akan tetapi, santri model ini akan mencari di tempat-tempat umum yang menyediakan bekal, seperti di perpustakaan pesantren, misalnya, dan di mana saja serta kepada siapa saja yang bisa memberikan bekal untuknya.
Uraian selanjutnya mengenai slogan ini, yang perlu diperhatikan dan diingat bagi para santri, bahwa bekal yang mereka bawa dari pesantren tidak otomatis bisa dimanfaatkan. Perhatikan sekali lagi slogannya, "Ingat Tujuan dari Rumah!".
Dalam slogan ini terdapat kata "Tujuan". Di atas telah disinggung bahwa tujuannya adalah menghasilkan bekal. Karena tujuannya adalah menghasilkan bekal, maka untuk mendapatkan bekal yang cukup dan berkualitas sehingga kelak bisa dimanfaatkan membutuhkan waktu lama dan melalui proses yang baik; proses belajarnya lama dan baik.
Proses yang baik bisa diartikan dengan tidak keluar dari jalur jalan yang sudah dibuat oleh syariat; harus beretika. Syariat telah membuat lajur (garis etika) bagi mereka yang sedang meniti jalan ini; yakni jalur bagi mereka yang sedang menuntut ilmu. Berikut satu jalur (etika) yang harus diperhatikan bagi mereka yang sedang meniti jalan menuju surga ini:
Membersihkan wadah (hati) bekal (ilmu) dari setiap kotoran dengki, dendam, akidah dan akhlak tercela, dll. Kenapa perlu dibersihkan? Supaya bekal (ilmu) tersebut gampang kita peroleh dan kita bawa (hafalkan).
Jadi, jangan heran kalau menemukan segelintir santri, yang secara hitungan matematika ia telah lama menimba ilmu, tapi setelah mengembara ia tetap kekurangan bekal. Sebenarnya bukan ia tidak membawa bekal, melainkan bekal ia terkotori oleh noda hitam yang telah disebutkan di atas. Ia tidak pernah membersihkan wadah bekalnya. Ia hanya sibuk menambah, tapi lupa bahwa membersihkan wadah juga penting. Sehingga, pada akhirnya bekalnya tidak bisa di konsumsi oleh masyarakat, atau mungkin ia sendiri tidak bisa menggunakannya.
Semoga bermanfaat, sekian!
Oleh: Syifaul Qulub Amin. Santri PPNC asal Pakong, Modung, Bangkalan. Penyusun buku PINTAR NYASAK; Metode Praktis Pintar Memaknai Kitab Kuning Sesuai Kaidah Arab Pegon dan Bahasa Arab, salah satu Tim Penyusun buku Thariqul Mubtadi’in fi Fahmi Ushûliddin, terjemah kitab Tijân Ad-Darâri, buku Mozaik Ilmu Kalam, dan kitab Sirâj ad-Dujâ, Ta’lîq Safînatunnajâ.